Rabu, 09 Mei 2012

Karakteristik UKM


Gambaran umum UKM dilihat dengan cara memperhatikan beberapa karakteristik khusus yang ada. Karakteristik UKM yang telah menerapkan SMM dalam penelitian ini dijelaskan dengn melihat dari sisi jenis industri, total penjualan rata-rata per tahun, jumlah karyawan tetap dan honorer, wilayah pasar yang telah dijangkau, serta lama waktu penerapan jenis SMM yang telah dilakukan.

Jenis industri yang digeluti oleh UKM yang telah menerapkan SMM antara lain di bidang makanan ringan, kardus, perbengkelan, otomotif, dan agribusiness manufacture.  Jenis produk yang dihasilkan/diperdagangkan  diantaranya adalah candy, sweety, sheet, kardus, spare parts, jasa perbengkelan, AM tube, keju, day old chicken, dan lain-lain.Total penjualan rata-rata per tahun dari seluruh sampel UKM yang telah menerapkan SMM berkisar dari 100 juta rupiah sampai 20 milyar rupiah. Jangkauan pasar yang dikuasai paling kecil adalah wilayah Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi) sedangkan wilayah pasar terluas telah melakukan ekspor sampai ke Singapura.

Jumlah karyawan tetap yang dimiliki tiap UKM berkisar antara 20 sampai 250 orang. Sedangkan jumlah karyawan honorer dapat mencapai paling banyak 150 orang meskipun ada beberapa UKM yang tidak memiliki karyawan honorer dan hanya mengandalkan karyawan tetapnya saja dalam beroperasi. Bila dilihat dari total jumlah karyawan yang dimiliki, masing-masing UKM rata-rata memiliki total jumlah karyawan  antara 20 sampai 300 orang. Lama penerapan SMM yang berkisar antara 2 sampai 10 tahun, dengan tingkat penerapan dan waktu awal penerapan yang berbeda-beda.

Ragam Kebijakan Pengembangan UKM

Menurut Eugene dan Morce (1965) dalam Tambunan (2001), tipe kebijakan pemerintah sangat  enentukan pertumbuhan UKM. Ada empat pilihan:
(1)  Kebijakan do nathing policy: pemerintah apapun alasannya sadar tidak perlu berbuat apa-apa dan membiarkan UKM begitu saja,
(2)  kebijakan memberi perlindungan (protection policy) terhadap UKM: kebijakan ini bersifat elindungi UKM dari kompetisi dan bahkan memberi subsidi,
(3)  kebijakan berdasarkan ideology pembangunan (developmentalist): kebijakan ini memilih  ndustri yang potensial (picking the winner) namun tidak diberi subsidi dan
(4)  kebijakan yang semakin popular adalah apa yang disebut .market friendly policy. dengan penekanan pada pilihan brood based, tanpa subsidi dan kompetisi.
Pada masa lalu, pemerintah memilih kebijakan tipe kedua (protection) akan tetapi kerangka tujuan jatuh pada pilihan ketiga, yakni developmentalist. Hasilnya baik industri besar dan kecil menengah tidak berhasil. Ketidak berhasilan ini disebabkan oleh lingkungan yang diciptakan oleh kebijakan tersebut pada dasarnya membuat UKM masuk usaha yang tumbuh secara distorsif. Oleh karena itu pilihan kebijakan yang menempatkan UKM sebagai entitas yang perlu diproteksi
dan subsidi perlu dievaluasi dalam konteks mempersiapkan UKM menghadapi pasar bebas.  Apalagi kalau pemerintah sudah berketetapan menjadikan UKM sebagai salah satu sektor ekonomi andalan penghela pertumbuhan setelah keberhasilannya menjadi safety net pada saat krisis.
Dalam hubungan ini, dewasa ini, semakin jelas bahwa UKM secara dikotomis dibagi ke dalam dua jenis definisi. UKM dengan definisi usaha mikro dibedakan dengan usaha kecil dan menengah yang dianggap potensial dapat  dikembangkan. Akan tetapi sesungguhnya distribusi UKM yang pincang, dimana usaha mikro dalam jumlah yang sangat (melebihi 2,5 juta unit) sedangkan usaha kecil potensial mungkin tidak lebih dari 300 ribu unit dan usaha menengah di Indonesia sama sekali belum jelas. Kaitannya dengan kebijakan yang terbangun dalam persepsi yang popular adalah usaha kecil mikro cocok untuk .welfare policy. sedangkan untuk UKM adalah competitive business policy. Persepsi ini sebenarnya justru menimbulkan bias dalam pengembangan UKM dan  kekaburan kebijakan pengembangan UKM. Di sini terlihat UU No.9/1995 tentang UKM tidak dapat memberi jalan keluar, kecuali hanya mampu mengakomodasi semua pendapat. Kalau dibangun kebijakan bersifat kategorial target, maka UU No.9, 1995 kurang dapat memberi jawaban. Sebenarnya, kalau diamati secara mendalam ketahanan UKM dalam menghadapi krisis ekonomi bukanlah ditentukan oleh kebijakan pemerintah, melainkan ditentukan oleh lingkungan ekonomi dan daya adaptasi dari UKM itu sendiri terhadap iklim mekanisme ekonomi pasar persaingan selama ini. Berbagai penelitian yang disponsori The Asia Foundation (TAF) dan Swisscontact menunjukkan bahwa daya survival dari UKM cukup tinggi. Menarik untuk dikaji hasil statistik dua sensus BPS (Kusnadi Saleh dan R. Heriawan, 1999)3, tentang perkembangan (jumlah) industri manufaktur antara tahun 1986 dengan 1996 (sebelum krisis). Jumlah industri pengolahan berskala kecil tahun 1986 tumbuh dari 1,5 menjadi 2,8 juta unit atau tumbuh dari sekitar 13 menjadi 23% atau tumbuh sekitar 80%. Di sisi penyerapan tenaga kerja untuk periode yang sama nampak pertumbuhan absorbsi industri besar lebih cepat dari industri kecil, industri kecil tercatat tumbuh dari 3,5 menjadi 6,6 juta (tumbuh sekitar 89%) sedangkan industri besar dan sedang tumbuh dari 1,7 menjadi 4,2 juta atau tumbuh 149%.

Jenis-jenis UMKM

Secara garis besar dikelompokan menjadi
  1. Usaha perdagangan
-       keagenan : agen koran/majalah, sepatu, pakaian dll
-       Pengecer : minyak, kebutuhan pokok, buah-buahan dll
-       Ekspor/impor : 
-       Sektor Informal : Pengmpul Barang Bekas, Pedagang kaki Lima dll
  1. Usaha Pertanian
-       Perkebunan: pembibitan, sayur-sayuran dll
-       Peternakan : ternak ayam petelur, susu
-       Perikanan : tamabak udang, kolam ikan.
  1. Usaha Industri
-       Industri makanan/minuman
-       Pertambangan
-       Pengrajin
-       konveksi
  1. Usaha Jasa
-       Jasa Konsultan
-       Perbengkelan
-       Restoran
-       Jasa Konstruksi
-       Jasa Transportasi
-       Jasa Telekomunikasi
-       Jasa Pendidikan
-       Dll

Selasa, 01 Mei 2012

Pengusaha Sukses di Indonesia





Bob Sadino
Lelaki lampung 9 maret 1933 ini terkenal dengan gayanya yang nyentrik dan santai. Suatu hari, temannya menyaranan Bob untuk memelihara ayam untuk melawan depresi yang di alaminya. Bob tertarik, ketika berternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya, ia mendapat ilham ayam saja bisa berjuang hidup, tentu manusiapun juga bisa. Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun kelapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya di mulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi terampil dan professional.

Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berfikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena memiliki ilmu melebihi orang lain. Sedang Bob selalu luwes terhadap pelanggannya, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri, karena itu ia selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.

Bob menempatkan perusahaannya seoerti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.



Hasjim Ning
Lahir dan dibesarkan di Nipah, Padang , Sumatra Barat 22 agustus 1916. Disitu dia juga mengecap pendidikan SD Adabiah, padang ( 1929 ) dan MULO, Padang ( 1933 ). Kemudian 1037, Hasjim Ning yang kemudian bernama lengkap Masagus Nur Muhammad Hasjim Ning, hijrah ke Jakarta. Dia jadi tukang cuci mobil. Dua tahun kemudian , dia di percaya menjadi perwakilan NV Velodrom Motorcars di tanjung enim. Lalu dia kembali lagi ke Jakarta kemudian menjadi administrator perkebunan the di cianjur. Ketika itu pecah perang, diapun sempat ikut berperang bersama alex kawilarang, 1945 di cianjur, bandung selatan . Lima tahun dia pension dengan pangkat letnan colonel lalu mengikuti klursus pembukuan A7B, Jakarta ( 1952 ).

Setelah itu Hasyin mendirikan Djakarta Motor Company. Tiga tahun kemudian , usaha dagang mobil itu berkembang menjadi usaha mobil pertama di Indonesia dan di beri nama Indonesian Service Station. Sejak itu Pengusaha yang mendapat gelar kehormatan Dr HC bidang ilmu manajemen dari universitas Islam Sumatra itulebih banyak dikenal dengan pengusaha perakitan mobil. Padahal dia juga pengusaha dalam berbagai bidang , baik ekspor impor , bank, biro perjalanan, pabrik kosmetik maupun konsultan rekayasa. Sebagai pengusaha sukses dia pun terpilih menjadi ketua umum kadin , 1979-1982.



Raam Punjabi
Raam Jethmal Punjabi lahir di Surabaya 6 oktober 1943. Awalnya dia tidak serta merta berkecimpung di dunia perfilman. Dari tahun 1962-1963, ia bekerja di sebuah perusahaan tekstil. Pada tahun 1964 ia merintis sebuah usaha impor tekstil sampai pada akhirnya pada tahun 1969 di tinggalkannya.

Pada tahun 1967, Raam bersama dua kakaknya Dhammoo Punjabi dan Gobind Punjabi mendirikan perusahaan importer Infortir Film, PT Indako Film dengan Modal Rp 30 juta. Tiga tahun kemudian ia mendirikan PT Panorama Film ( 1971-19760 yang bernama PT Aries Internasional Film memproduksi film “ Mama “ karya sutradara Wim Umboh.

Saat ini Raam Punjabi menjabat sebagai ketua Bidang Hubungan Luar Negeri dan Festival di persatuan perusahaan film Indonesia ( PPFI ) . Ia di kenail bisa membaca selera pasar dan menjadi trend setter perfilman. Pada tahun1980-an ketika kodisi perfilman Indonesia terpuruk , Raam malah sukses meluncurkan film komedi di jagat perfilman Indonesia dengan menampilkan bintang komedi Trio Warkop yaitu dono , kasino, indro. Malah saat itu film komedi menjadi trend dan banyak produser mengekor membuat film komedi.

Kesuksesan demi kesuksesan mendorong nya mendirikan rumah produksi PT Tripar Multivision Plus dengan modal rp 2250 juta pada tahun 1990. Rumah produksi ini juga memproduksi sinetron-sinetron yang di gemari masyarakat. Hingga tahun 2000-an tidak ada yang menyaingi Raam Punjabi dalam memproduksi film-film di Indonesia. 


Sumber : 
http://www.whooila.com/2011/01/3-pengusaha-sukses-indonesia-yang-bisa.html#ixzz1tfqPv35f